Jumat, 24 April 2015

Surat misterius part 2

Jari-jemariku seakan mau putus....
Tubuh ku seakan mau melayang...
Melihat sesuatu di depanku, memakai baju putih.
Tubuh ku serasa kaku melihatnya. Dia, Dia mengagetkanku. Aku memandang mata nya dengan tajam.
Kutatap wajahnya yang tiba-tiba membawaku untuk mengingat sesuatu yang tak harus kuingat lagi. Sesuatu yang seketika membuyarkan segala ketakutanku. menggantikannya dengan kepedihan. Melihat wajahnya mengharuskanku untuk mengingat masa-masa itu. masa dimana pada saat hari kemarin aku tertawa bahagia melihatnya. namun saat esok hari, aku tidak melihatnya lagi... dan bukan cuma hari esok, hari-hari setelahnya aku tidak melihatnya lagi. dia hilang. dia..... pergi.
Namun, apa yang kulihat sekarang? Dia. Yang pernah hilang. yang pernah pergi. kini telah kembali. membuka kembali sayatan luka pahit yang berusaha ku tutup. dengan sekejab. dengan sebuah tatapan mata, Dia membukanya kembali. memperlihatkan sejuta pilu didalamnya.
Dia yang kulihat kali ini lebih tinggi dari beberapa tahun yang lalu. Rambutnya semakin lebat dan acak-acakan. Rahangnya semakin jelas. Mata gelap sekelam malamnya semakin tajam meninggalkan aura intimidasi didalamnnya. Dia memakai tuksedo putih beserta sebuah dasi pita tergantung dilehernya.
"Hai." APA?! setelah pergi bertahun-tahun hanya itu sapaan ku? bukankah seharusnya aku berkata "apa kabar?" atau "darimana saja kau? aku merindukanmu?" tapi apa? hanya kata itu yang terucap. Setelah bertahun-tahun lamanya, aku masih saja terhipnotis oleh pesonanya. Masih saja gugup saat bertemu dengannya. Masih saja tidak bisa menahan senyumanku apabila aku bertatap dengannya.
"Hai" @#$%^&& hanya HAI?!APAKAH SALAH SATU DARI KALIAN BISA MENGATAKANNYA SEKALI LAGI?!! setelah pergi dan memporakporandakkan hidupku dan menghancurkannya kau hanya berkata HAI? Sini wajah tampanmu itu! mau sekali aku menonjoknya. Apa itu? kau lagi-lagi menunjukkan senyum penuh posonamu dihadapanku dan dengan bodohnya aku lagi-lagi terpesona karnanya. Senyum itu sekali lagi mengingatkanku dengan masalahpembawa bahagiaku waktu dulu. Saat kita dihukum untuk pertama kalinya. Dan untuk pertama kali nya juga, aku jatuh padamu.
"Ehm.. Apa kau baik-baik saja?" Suara beriton itu terngiang telingaku. membuatku gugup untuk melihat wajah tampan pemilik suara.
"ak..aku baik-baik saja. bagaimana denganmu? " Singkat. padat. dan sangat tidak jelas. Bodoh! aku merutuki diriku sendiri. mengapa aku bertanya seperti itu?! Sudah jelas dia tidak apa-apa. Yang diperlu dipertanyakan adalah dirimu sendiri! apakah jantungmu masih ada ditempatnya saat ini?!
"Baguslah. Senang bertemu denganmu," Kurasa jantungku copot dari tempatnya. Kurasakan jantungku berhenti berdetak. Tanganku dingin. Mataku tidak berhenti mengerjab. Ya tuhaan! jangan dulu kau cabut nyawa ku!! aku masih ingin menatap ciptaan mu yang sempurna ini tuhaan!
"Eh? Se-senang bertemu denganmu juga" Berusaha kuhilangkan senyum yang terpampang jelas diwajah ku yang membahana ini. Bagaimana mungkin orang yang kuanggap dingin dan sangat membenci ku berkata bahwa dia senang bertemu denganku? Kuingat kembali masa-masa laluku, masa dimana dia selalu berpaling saat kumenatapnya, Saat pandangan kami menyatu dia memancarkan mata yang sekelam malam seakan aku tak pantas dipandangnya. Saat dimana aku berbicara padanya dia mengacuhkanku. Saat dimana aku selalu berjuang, namun....... Aku tercampakkan. tak kurasa sebutir air membasahi pipi mungilku. Ya, aku menangis. mengingat kejadian menyedihkan itu. Andai dapat kuputar waktu, aku berharap aku tidak terhukum waktu itu. Mencegah diriku jatuh cinta padanya.
Tes.. Tes...Tes.. dan semakin deras. Hah? mengapa air mataku sebanyak ini? Bahkan membasahi jalan tempatku berdiri. Kuarahkan pandanganku kelangit malam yang sudah terpenuhi dengan butiran air hujan. Lagi-lagi aku teringat pada kejadian ku pada masa lalu. Saat aku selalu bertemu dengannya saat hujan. Dimana aku dapat melihatnya, Tanpa tatapan sekelam malamnya yang tertutupi oleh Butiran air hujan yang menerpa. Mulai saat itu aku selalu bahagia pada hujan. Mencintai hujan. Namun hingga suatu hal menyadarkanku, bahwa hanya aku yang berjuang dan yang kuperjuangkan telah pergi menjauh. Saat itu, air hujan tetap kucintai tapi pada alasan lain, yaitu hanya saat hujan lah aku dapat menangis sekencang-kencangnya karna tidak ada seorangpun yang dapat menyadarinya. Saat itulah aku dapat berteriak sebesar-besarnya karna tertutupi oleh gemuruh suara air hujan yang menabrak batu. Kutatap dia yang telah basah terkena hujan. Dengan sigap aku segera membalikkan tubuhku mencari tempat berteduh. Namun sebuah tangan melingkar dilengan kecilku. Tangan dingin, kokoh dan sangat kuat.
"Tetaplah disini. Aku ingin melihatmu. tanpa tatapan jahatku seperti dulu. Melihatmu bagaikan kau adalah orang terpenting dalam hidupku. Maafkan aku. Aku terlambat. Aku baru menyadarinya sekarang. Aku telah menemukannya. Orang yang daridulu selalu kuperlakukan tidak baik namun tetap berbuat baik padaku. Orang yang selalu kuberikan tatapan dingin namun dia selalu memberiku tatapan hangat. Orang yang selalu berjuang padaku namun selalu kucampakkan. Orang yang selalu mencintaiku...... namun aku selalu menyakitinya. Aku terlambat! Aku terlambat menyadarinya. Aku terlambat menyadari jantungku yang selalu berdetak saat kau melihatku, Kupu-kupu yang terbang diperutku saat kau tersenyum padaku. Aku terlambat menyadari air mata yang jatuh tanpa sebab dikarenakan olehmu. Oleh dirimu yang jauh dariku. Aku terlambat menyadari bahwa aku...... Jatuh padamu. Lagi dan lagi. Walaupun aku berusaha menghilangkannya. Menyingkirkan rasa yang tidak dapat kudeskripsikan itu. Mereka seperti hujan yang terjadi saat ini. It falls over and over again. Like my love to you, where ever i go, what ever i do it still falls. Like rain drops." Aku menganga mendengar penuturannya. Ternyata selama ini cintaku berbalas. Rindu yang kupendam terpendam pula olehnya. Cinta yang tertanam, tertanam pula olehnya. Dan perjuangan yang kuperjuangkan terperjuangkan pula olehnya,
"Aku bersyukur akan keterlambatanku. Tuhan membuat kita jauh satu sama lain agar kita dapat merasakan pedihnya jarak itum agar saat kita dipertemukan kita tidak berpisah lagi. Agar kita tidak merasakan kepedihan itu lagi. Kepedihan yang kupendam bertahun-tahun membuatku merasakan sepi sepanjang hari membuat sebagian dari diriku hilang. Hati yang harusnya engkau tempati terasa hampa tanpa kehadiranmu. Jadi.... Maukah kau mengisi kembali ruang hatiku yang hampa tanpa mu? Membuatku tidak merasakan kepedihan yang membunuh ku itu?" Air mataku bebas membasahi jalanan bersatu dengan air hujan yang menjadi saksi bisu kebahagiaan kami.
"Yes.. I will." Ucapku menatap matanya tidak lagi memancarkan kebencian namun, Kebahagiaan.


Bersyukurlah dengan takdir tuhan.
Sebab Tuhan selalu punya rencana untuk 
memberikan takdir yang terbaik.
-MrsRain

Setitik embun di Palestina

plissyaaa jangan diplagiat:)
-karya:sucisultan-
Lagi-lagi roket kiriman dari tentara israel menghampiri tanah ku yang suci ini, Palestina. Tempat yang dulu dimana bersama bersama kedua orang tuaku, adikku, dan sahabat- sahabatku. Kini menjadi tempat dimana aku harus melihat satu demi satu dari mereka gugur demi membela kemerdekaan kota ini. Hari demi hari kulalui dengan penuh luka dan tangis. Kota yang sekarang telah hancur karna keegoisan dan keserakaan orang-orang dari negri seberang, Israel. Yang telah menghancurkan kota ini dengan serangan roket dan bom yang mereka kirim kepada kota Gaza ini.
 Kini, Aku berada di salah satu mesjid yang mungkin akan menjadi target pengeboman selanjutnya. Aku mungkin sudah terbiasa dengan kepergian sahabat-sahabatku, tetangga-tetanggaku serta anak anak yang menjadi korban kejahatan kaum Zionis. Tapi kali ini, aku sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa sedih dan tangis akan kepergian Ayahku yang membekaskan luka yang sangat dalam di hatiku. Tubuhku terasa sangat kaku dan hilang rasa dengan melihat tepat didepan mataku orang yang sangat kucintai itu terkena ledakan roket yang disusul dengan darah yang berceceran diwajahnya. Langkahnya yang mendekat padaku yang telah berlari secepat mungkin untuk menghampirinya, Dia terjatuh tepat dibawah pangkuan adikku, Raihan. Raihan adalah adik laki-laki ku yang masih berumur 14 tahun dan telah menjadi tentara untuk membela dan menjaga kota Palestina ini. Aku menghapus darah dari wajah ayaku yang berceceran yang kini telah mengotori baju putihku ini.
"ayah bertahanlah! aku akan memanggil bantuan untuk ayah, bertahanlah ayah!" kataku segera berdiri dan mencari bantuan dari dokter atau orang lain. Akan tetapi, langkahku terhenti karna Lenganku ditahan oleh ayahku.
"Aisyah! Tidak usah mencarikan ku bantuan. bantuan medis dsini sangatlah kurang. Lebih banyak orang yang lebih mementingkannya dari pada ayah. Izinkan lah mereka yang mendapatkan bantuan itu!Dengarlah Aisyah, berjanjilah kepada Ayah! Lindungi lah Ummi dan adikmu Raihan. dan jagalah tanah Palestina ini, Lindungilah mesjid Al- Aqsha, Lindungi dan jagalah Agama Allah. BIRRUH, BIDDAM,'ABDIKA YA AQHSA!". "DEMI RUHKU, DEMI DARAHKU UNTUKMU WAHAI AL-AQHSA.". itulah kata terakhir yang diucapkan oleh ayahku, sebelum dia menutup matanya untuk selamanya. Genggaman tangannya yang melemah dari tanganku, Matanya yang tertutup dan berhentinya detakan jantungnya yang membuatku semakin meneteskan air mata. Kesedihanku menjadi semakin bertubi-tubi. Aku merasa sangat kaku. Penglihatanku semakin buram, dan yang terkhir kali kulihat hanyalah senyuman yang terukir diwajah Ayahku disertai cahaya yang berjalan mendekat, mendekati ayahku.
•••
Assalamualaikum warahmatullah, Assalamualaikum warahmatullah.
"Sudahlah, Aisyah. Janganlah terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, Ikhlaskan kepergian ayahmu dan doa'akanlah dia, agar diterima disisi allah Swt. Kata nenekku yang terus-terusan memberikanku semangat dan kekuatan agar aku bisa merelakan kepergian ayahku. Semalam, kata raihan aku pingsan tepat setelah bantuan datang. Aku menanyakan tentang cahaya itu, tapi kata raihan tidak ada cahaya apapun, mungkin itu adalah cahaya dari mobil ambulance yang datang. Tapi, menurutku itu mungkin adalah cahaya yang datang dari allah, yang datang menjemput roh ayahku yang berjihad dijalannya. Aku bersandar dibahu nenekku yang disampingnya ada Ummi ku yang kulihat sedang menutupi wajahnya yang mungkin sudah memerah karna dari selamalam dia menangis. Kami telah melaksanakan sholat jenazah yang tak lain jenazah nya adalah ayahku sendiri. Aku yakin mungkin inilah yang terbaik yang allah berikan kepada kami dan keluargaku. Ayahku adalah penghafal qur'an yang telah menghafal tiga puluh juz al-qur'an, selama hidupnya dia adalah orang yang sangat baik dan bijaksana. Maka tidak salah,kami mencium bau yang sangat wangi yang berasal dari jasad nya. Subhanallah. Aku semakin yakin akan cahaya yang kulihat tadi malam bukan hanya cahaya mobil ambulance. Aku yakin cahaya itu berasal dari Allah Rabb yang Maha Agung. Aku akan menepati semua janji ku kepada Ayah. Aku akan. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Bahkan seluruh jiwa dan ragaku akan melindungi Mereka. Melindungi Ummi, Raihan, Al-Aqsha,Islam dan tanah ini, Palestina, Insya Allah.

*tobecontinued*