Minggu, 10 Mei 2015

A simple Lyrics can means so much



Hari itu, hari pementasan...
Semua orang berdatangan. Kalangan orang tua, muda bahkan anak-anak pun semangat mendatangi pementasan itu. Saat dimana tanpa sengaja Aku mengungkapkan segalanya. dihadapan semua orang. Dihadapan mu.
Sebelum detik-detik pementasan, Aku melihatmu duduk diantara ratusan penonton. Tempat dudukmu tidak tepat didepan panggung, namun tetap bisa membuat jantungku berdetak lebih cepat.
Tak lama, pertunjukan pun dimulai. Kutarik nafasku beberapa kali berusaha menetralisir semua udara yang tiba-tiba terasa hampa. Seluruh mata memandangku. Tak terkecuali satu mata elang yang menatap tepat dimanik mataku. Ribuan mata memandangku, namun hanya mata mu yang membuat darah ku berdesir cepat.Tatapan mata elang yang selama ini kuharapkan dapat memandangku.
Dengan benar kujalani peranku. Dengan baik juga aku berusaha menghilangkan kegugupanku.
 Hingga pada saatnya dimana peranku menuntut ku untuk bersenandung. Kututup mataku. Sedikit demi sedikit ku ucapkan lirik lagu yang telah kuhapal selama beberapa bulan belakangan ini.

Kisahmu harimu ku tau semua
tanpa kau berujar aku selami
Gerakmu guraumu kemasan raga
tanpa kau sadari aku pahami

Sangat realita. Tiap hari, aku selalu melihatmu. menunggumu pergi saat pagi. Menunggumu pulang saat malam. Namun, aku tahu kau tidak menyadari semuanya. Semua tentangmu kupahami. Kumengerti. Kecuali satu, Cintamu. Yang takkan pernah dapat kupahami. Dan mungkin saja takkan pernah kutemui.

Cinta memang mungkin inilah cinta
apapun lagumu aku jiwai
Cinta memang mungkin inilah cinta
tanpa ku miliki rindu terasa

Apakah ini dapat disebut cinta? Kata orang-orang Cinta adalah dua pihak yang saling mencintai. Namun, apabila cuma sepihak apakah masih pantas disebut cinta?

Bukan tak percaya diri
karna aku tau diri

Aku tahu ini hanya sepihak. Mengapa bisa? Karna terlihat jelas diwajahmu. Terbaca jelas ditatapanmu yang berbanding terbalik dengan ekspektasiku.

Biarkanku memelukmu tanpa memelukmu
mengagumimu dari jauh


Kuatkah aku?

Biarkan ku menjaga mu tanpa menjagamu
mengagumi mu dari jauh

Izinkan Aku.
....
 I control my emotions pretty well, but when
you come around they're all over the place.
-unknown



Jumat, 01 Mei 2015

Melupakanmu... (Part 2)


Kubanting pintu dengan keras. Tubuhku kuhempaskan ke kasur kamarku. Dengan kasar kubasuh air mata yang membasahi pipiku. Aku merasakan sesak dalam diriku. Nafasku tersedak. Air mataku mengalir semakin deras. Hatiku benar-benar hancur,  orang yang selama ini kuharapkan telah menyakiti hatiku. Aku baik-baik saja apabila dia mengacuhkanku, mendiamiku, menjauhiku, itu semua tidak pernah menyakiti ku. Namun, saat mengetahui dia yang telah berpaling dariku, seluruh tulang-tulang ku seakan remuk seketika. Melihatnya tertawa bersama yg lain. Matanya yg berbinar menatap yg lain. Serta hatinya yg tertancap pada yg lain. Benar-benar menyakitiku. Hatiku tersayat hancue lebur bagaikan sebuah kertas yg dirobek sedemikian rupa. Nafasku semakin sesak. Mungkin air mataku telahhabis. Mereka sudah berhenti meluncur bebas dari pelupuk mataku. Namun kini hatiku yg semakin menagis. Tangisan yg hanya aku yg dapat mendengarnya. Hanya aku yg dapat mengerti sakitnya. Suara gemuruh terdengar samar ditelingaku. Dengan pelan aku berjalan menuju pintu dan menyandarkan telingaku dibelakangnya.
"Woy jevi! Hahah punya hari apa tidak sih?! Ckckck tega sekali kau berbuat begitu pada sahabatku!" Terdengar suara salah satu sahabatku dengan sigap aku mengintip dibalik jendela kamarku. 
"Sorry, saya tidak mengerti arah pembicaran ini." Terdengar derap langkah menjauh dr tempatku. Jevi telah pergi menjauh.
"Jangan pura-pura sok tidak tahu! Kau benar-benar telah menghancurkan hatinya! Kau tidak punya hati jevi! Kau tidak pernah mengerti perasaan dia!"
"Oh aku sudah tahu arah pembicaraan ini. Pasti mengenai sahabat cupu mu itu! Dengar, aku tidak pernah menyakitinya! Aku tidak suka berada didekatnya! Dia mengganggu ku! Aku tidak suka kalau dia berada didekatku! Dan suruh sahabatmu itu menjauh dariku! Aku tidak suka dengannya! Aku benci!" Kurasa hatiku telah hilang. Kosong. Mendengar orang yg selama ini kucinta berkata begitu seakan menghempaskanku dari gedung tertinggi. 
"Kau jahat Jevi! Kau jahat! Apa kau bilang?! Kau membencinya?! Kau membencinya karna suatu hal yg tidak pernah dia harapkan! kau membencinya karna suatu hal yg tidak bisa dia kendalikan! Kau membenci sahabatku itu karna hal yg murni bukan keinginannya! Kau membencinya karna CINTA jevi! Karna cinta! Andai saja dia dapat memilih siapa yg dapat dia cintai! Tak pernah dia akan mencitai orang sepertimu! Yg tidak pernah memandangnya walau sedikitpun! Yg tidak pernah melihat kebaikannya walau setitik pun! Kau hanya melihat keburukannya, yg sebenarnya niatnya adalah kebaikan! Kau jahat! Jauhi sahabatku! Kau tidak akan pernah pantas bagi sahabatku!" Air mataku goyah, tak dapat kutahan lagi. Sahabatku benar. Betapa bodohnya aku yg mempertahankan cinta yang tak sepantasnya untuk kupertahankan.
"Sebaiknya kau tanya pada sahabat mu itu untuk menjauhi ku! Dan beritahu padanya Aku tidak pernah mencintainua walau sedikitpun! Aku tidak pernah memandangnya walau sedikitpun! Dan aku benci saat ada didekatnya! Hidupku terusik karna kehadirannya yang seperti ulat bulu bagi ku! Sangat mengganggu!" 
*BRAK* aku membanting pintu dengan keras. Kutatap dua bola mata yg melotot kearahku. Jevi yang kelihatan terkejut serta sahabatku yg menatap kasihan. 
"Ya! Aku tahu!  Kau memang benci padaku! Aku minta maaf telah mengganggu hidupmu. Maafkan aku yang telah menjadi ulat bulu bagi hidupumu. Aku minta maaf telah mengusikmu. Maafkan aku yg tidak dapat membaca dirimu yang selama ini tidak menginginkan kehadiranku. Maafkan aku yg tidak dapat membedakan cinta yang tidak menginginkan dan menginginkanku.  Tapi, satu hal yang harus kau tahu. Aku tidak dapat meminta maaf akan cintaku. Walaupun kau membencinya, tapi cinta bukan lah suatu kesalahan. Cinta adalah anugrah tuhan yang harusnya kujaga dengan baik. Namun dengan mengetahui pengakuanmu, aku mengerti. Aku mengerti bahwa cintaku berlabuh pada hati yang salah. Kau harus tahu, cinta tak pernah salah. Namun, tempat berlabuh nya yang salah.Hati yang tidak mencintaiku. Tenang saja. Mulai saat ini, aku akan menyerah padamu. Aku akan mencari cinta yg lebih menginginkan kehadiran dan ketulusanku. Aku akan.... Menjauh."  Aku sudah tak tahan lagi. Jevilo yg berkata seperti itu membuat hatiku seketika kosong. Tak berisi. Kupu-kupu yg menghiasi perutku saat bertatapan dengan mata nya tak lagi menghiasinya. Serta segala rasa yg kurasakan telah hilang. Aku yakin. Cinta itu telah pergi bersama kata-kata Jevilo. Kata-kata yang menyakitkanku namun membuatku bersyukur dalam waktu bersamaan. 
"Dan terima kasih telah berkata seperti itu padaku. Aku telah kehilangan rasa itu saat ini. Terima kasih." Senyum seketika terhias di bibirku. Kutatap mata jevilo yang masih terpaku. Dengan cepat aku berjalan kembali kedalam kamarku dan menyalakan tv. Hidupku terasa lebih... Bahagia. 

Melupakanmu...

Dihari itu, aku telah berjanji akan melupakan dia...
Hari dimana dia telah membuatku tersadar tentang kehadiranku di hidupnya yang tak pernah dia inginkan...
#flashbackon 3hari sebelum  hari itu terjadi....
------
Selamat pagiii duniaaaa!!!yahh itulah kata yang pertama kali ku ucapkan untuk menyambut mentari pagi, yang telah membangunkanku dengan segala senyuman yang telah dia berikan setiap harinya.
Segera aku berlari menuju kamar mandi yang berada tepat disebelah kamarku itu. Langkah ku terhenti saat melihat jam dinding berwarna pink disamping pintu kamarku yang telah menunjukkan........ PUKUL 06.30!!
----
Aku dikenal sebagai anak baik, pintar, cerewet dan anak yang sangat ceria. Senyum diwajahku tidak pernah pudar kecuali saat jam pelajaran matematika. Saat jam pelajaran matematika duniaku seakan sudah di hancurkan oleh angka-angkanya. Huft. Waktu telah menunjukkan pukul 09.30 menandakan waktu keluar main.
"Ehh keluar main yuk!" kata ku sambil menggandeng teman sebangku ku yang sedang merapikan buku-bukunya.
"Yuk!" jawabnya sambil berjalan bersamaku menuju kantin.
Aku hanya menghabiskan satu potong roti yang kubeli. Aku tidak lapar dan tidak juga haus. Dari kejauhan aku melihat sosok orang yang sangat kusayangi yang setiap senyumanku hanya tercipta untuknya. J e v i l o.
"HAII JEVII!!!" Kataku sambil memberikan senyuman pada jevilo. Perkataanku tak dihiraukan oleh jevilo, bahkan melirikku pun tidak.
Inilah keseharianku. memberi selamat pagi, senyuman, sapaan kepada seseorang yang bahkan tidak pernah melirikku sedikitpun. Walaupun begitu, aku tak pernah menyerah sedikitpun. Sedikitpun tidak pernah.
Aku duduk disamping sahabatku sambil memakan sepotong roti yang sudah hampir habis.
Tawa yang terdengar sangat keras menyelesaikan lamunanku. Yang pasti nya berasal dari ke-11 sahabat-sahabat ku.
"Ehh sabtu nanti kan ada liburan kepulau, barengan ya berangkatnya!!"
"Okkey, sip,!" Jawabku sambil mengacungkan dua jempol kearah sahabat-sahabatku.

----
Sabtu. Hari yang sangat kutunggu-tunggu!. Aku berjalan bersama sahabat-sahabatku mendekati perahu yang akan ku pakai untuk menyebrang ke pulau yang tidak kuketahui apa namanya. Dari kejahuan, aku melihat jevilo yang sedang kesusahan mencari teman kelompoknya. Aku berjalan menemui jevilo sambil berkata " jevi, udah tau kelompok lo dimana?"
"Gak." Jawab nya singkat dengan nada yang tinggi seperti biasa.
"Kita sekelompok." Jawabku yang bersamaan dengan wajah jevilo yang berubah menjadi kesal.
2hari dengan jevilo akan menjadi hari yang tidak boleh terlewatkan bagiku.
Aku mengantar jevilo menuju perahuku, wajahnya yang kusam, dan kesal tiba-tiba berubah menjadi bahagia. Dia berlari menuju tempat duduk disamping seorang perempuan, yang ternyata karna dia jevilo kembali bersemangat lagi.
Seharian aku melihat jevilo bersama perempuan itu terus. Jevilo yang dingin tiba-tiba berubah selama bersama perempuan itu. Tawa dan senyum terhias diwajah jevilo, dia berjalan dipinggir pantai bersama perempuan itu tanpa menghiraukan bahwa aku dan kedua sahabatku sedang duduk dipinggir pantai. Jevilo hanya menatapku sekilas, kemudian dia membuang pandangnya dalam waktu yang bersamaan. Mataku panas melihat dia. Bukan karna sikapnya yang sangat dingin padaku. Namun karna, aku melihat dia yang seakan-akan tidak tahu rasa sakit yang kurasakan. Rasa sakit melihat orang yang kita sayangi ternyata menyukai orang lain. Aku melihat tatapan matanya pada perempuan itu beda dengan tatapan matanya padaku. Tanpa kusadari, air mata jatuh membasahi pipiku yang dengan segera kuhapus dengan punggung tanganku, berharap bahwa sahabatku tidak melihatnya. Air mata yang membasahi pipiku hanyalah bagaikan air yang berada didalam sebuah gelas dan air yang berada dilautan. Tangisan dalam hatiku, bahkan menghasilkan air yang lebih banyak daripada yang ada dilautan.
Bahkan isakan yang ada didalam hatiku melebihi daripada ombak yang menghantam batu karang.
"Ehh udah malam deluannya! Capek!!!" Kataku dengan tersenyum sambil berlari kearah kamarku.