apakah memang harus seperti itu?
mengorbankan mimpi sang pemimpi, demi kebahagiaan orang-orang yang begitu dicintainya?
bahkan melewatkan kebahagiaan sang pemimpi sendiri?
kejam.
keras.
jahat.
itulah dunia yang sedang dihadapinya saat ini.
diambang batas antara ingin berlari,
atau entah ingin mati saja yang ia pikir lebih baik.
tak ada yang mengerti padanya.
tanpa terkecuali dirinya sendiri.
sakit.
begitu rasanya, ketika mimpi yang kau genggam sebegitu beratnya,
harus kau lepaskan begitu saja.
andai saja mereka mengenal arti sejati dari mimpi itu.
mereka akan menangis-sejadi-jadinya hanya untuk menyeret sang pemimpi pada gerbang Jerman tersebut,
andai saja.
tapi, mereka tak pernah mengerti.
mereka hanya tahu tentang ego masing-masing.
tak tahu, alasan apa yang mendasarkan mereka sangat berat melepaskan,
alasan apa yang membuat mereka menguntai belasan alasan demi menghentikan langkah pemimpi itu.
andai mereka tahu,
seberapa banyak air mata,
cucur keringat,
andai mereka bisa merasakan,
seberapa sakit darah meski tak berdarah tersebut,
dengan merangkakpun, mereka tetap menyeret pemimpi itu untuk ke gerbang kesuksesannya.
Sayangnya,
mereka tak pernah mengerti.
entah, hanya untaian doa yang akan membuat mereka mengerti.
Yang dapat dilakukan hanyalah meminta.
pada Yang Maha Memiliki.
Maha Berkehendak.
Maha Menciptakan.
Pencipta Bumi dan Langit.
Meminta agar segera, ia menghentakkan kakinya pada belahan bumiNya yang lain.
Saat ini,
Jakarta, 24 April 2017.
12.28.27 AM.
sekalipun takkan gentar niatku,
untuk menyatakan mimpiku.
takkan kulepaskan.
lihat saja bagaimana nanti akhirnya,
setidaknya saya takkan rela menyerah terhadapnya,
tapi hanya Allah swt yang akan menentukan.
dan saya yakin, Dia yang paling mengerti,
paling tahu,
paling mengenal.
apa yang terbaik bagi hambaNya
dan mengetahui betul,
seberapa besar perjuangan kerasku untuk mimpi ini.
Saya yakin,
Allah takkan menyia-nyiakan pengorbananku.
Entah jika mimpi itu akan menjadi nyata atau tidak,
saya percaya :
"Apapun, jika Allah telah men takdir kannya untukmu, bahkan ketika langit dan bumi pun mencoba menghalangimu, bahkan ketika mataharipun ingin menghentikanmu, bahkan ketika lautanpun tak mendukungmu, bahkan ketika ratusan hingga ratusan tahunpun. takdir itu tetap terjadi padamu."
saya yakin.
saya yakin.
saya yakin.
suci sultan, sang pemimpi yang sangat ingin merasakan indahnya
rasa "akhirnya, setelah banyak perjalanan yang kulalui,
mimpi ini pun jadi nyata."
sekian,
assamualaikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar