memang benar, bahwa usahaku.
bahwa perjuanganku,
bahwa besarnya keinginanku,
dalam melupakanmu,
hanyalah setitik embun pada pagi hari.
Tak bermakna,
Tak berarti.
Bahwa semua itu, hanyalah berada dalam jawaban waktu.
Windu apa yang kusebut lama?
Ketika waktu demi waktu terhabiskan karna perjuanganku melupakanmu.
Tahun demi tahun apa yang kau selalu ada?
Walau meski hanya dalam benak, tapi percaya tak percaya kau selalu ada disana.
Melupakan dan berpindah apa yang selalu kusebut sempurna?
Ketika bahkan seluruh semesta yang mematahkan kesempuranaan itu.
Ketika waktu,
Ketika detik,
Sampai kapan aku terus menjadi penghitung?
Menghitung pada detik yang mana benak ini tak lagi memikirkanmu.
Pada menit yang mana hati ini tak lagi terpenjara dalam menginginkanmu.
Perlawananku begitu sengit.
Melawan semesta yang selalu mengirimkan kicauan tentangmu tepat ditelingaku.
Melawan semesta yang apa-apa selalu ada tentangmu.
Melihat bukupun adalah tentangmu.
Gambar seni adalah dirimu.
Lalu sampai detik kapan aku bisa kembali membuka perasaan?
Aku tak pernah mengharap penggantimu.
Benar sekali bahwa tak ada yang sanggup menggantikanmu.
Tapi apakah salah jika aku berandai untuk melupakanmu?
Setidaknya sanggup bersama semesta yang tak lagi tentangmu.
Buku dan seni yang tak lagi mengingatkanku tentangmu?
Disaat raga dan mimpimu semakin jauh,
bawalah rasa ini bersamamu.
Rindu ini bersamamu.
Segala memori tentangmu.
Selagi perjalananmu meraih mimpi,
Selagi perjuanganku juga meraih mimpi,
Kuharap kita bisa saling mengerti,
Maksudku - aku bisa lebih mengerti,
Bahwa takkan bisa aku memiliki,
Padamu yang hanya sebatas mimpi.
setelah begitu lama cuti menulis,
finally im back!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar