Maret, 2022.
London, Inggris
Di malam yang sunyi, Aku
berjalan di tepi jalanan menuju ke apartment ku. Jalanan ini hanya di lewati
beberapa kendaraan, mungkin karena jam
sudah menunjukkan setengah satu malam. Jika kalian bertanya ada gerangan apa
wanita sepertiku berjalan di jalanan sunyi ini, itu karena diriku mendapat
lembur dari kantor tempatku bekerja. Kebetulan aku tidak membawa mobilku. Dan
ya, aku berjalan kaki dari stasiun kareta. Karena apertementku hanya beberapa
blok dari stasiun.
Satu demi satu ucapan
selamat ulang tahun dari orang yang bahkan tak kukenal bermunculan di
notifications handphoneku. Tapi aku hanya membacanya dengan tak acuh. Aku
memang terkenal di socmed, karna itu hampir ribuan ucapan yang masuk
kenotificationku. Mungkin besok aku akan membalas beberapa diantaranya. Ya,
hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 21. Aku berpikir mungkin inilah hari
ulang tahun terburuk yang pernah terjadi seumur hidupku. Bahkan pada hari ulang
tahunku pun sahabat-sahabatku tidak memberikanku ucapan.
Tapi hanya satu yang
kutunggu di hari ulang tahunku ini, ucapan darinya. Mungkin delapan tahun yang
lalu adalah terakhir kalinya aku berbicara dengannya. Namun tak sempat aku
mengutarakan perasaanku padanya. Bukan tak sempat, tapi aku tak memiliki
keberanian untuk mengatakannya.
Tak lama, handphone ku
berbuyi memecahkan keheningan malam. Telpon dari nomor yang tak kukenal. Namun,
tanpa berfikir panjang, aku langsung mengangkatnya.
“Hai, happy
birthday!” ucap seseorang yang tak
kenal dari seberang sana, yang terdengar adalah seorang laki-laki.
“Maaf, ini siapa?” aku
berhenti berjalan dan mengerutkan keningku. Bulu-buluku merinding, mungkin saja
ia adalah psikopat atau pembunuh bayaran.
Baru saja aku ingin
memutuskan telepon tersebut, orang diseberang sana bersuara kembali.
“Ingat saja dulu, aku
orang yang usil menjaili orang,”
“Eh, kamu siapa? Maaf
ya, saya tidak kenal sama kamu!” ujarku dengan ketus.
“Aku selalu mengingat
ulang tahunmu, dari sembilan tahun yang lalu aku telah jatuh cinta padamu.”
“Terserah! Kau pasti
hanya bocah yang iseng-iseng melakukan prank call.
Tunjukkan dirimu kalau kau benar-benar ada.” Kataku seraya memutuskan telpon
tersebut.
Aku kembali berjalan,
dengan hati kesal, menuju apertement ku. Sampai tiba-tiba, muncul seseorang
yang mencekal lenganku, ia menggunakan sebuah kupluk yang ia jadikan topeng dan
memakai pakaian serba hitam.
“Hai kau!” suaranya
tampak familiar, tapi.. siapa dia? Setauku, keamanan di kota ini sangatlah
aman, yang membuatku berani berjalan sendirian di jalanan, tapi siapa orang
ini? Perampok?
Aku menggoyangkan
lenganku untuk berusaha melepaskan cekalannya.
“Serahkan padaku!”
“Kau mau apa?!”
“Serahkan!”
“Hei!” kataku saat pria
itu menodongkan sebuah benda di hadapanku. Aku tak tau benda apa itu. “Kau
jangan macam-macam padaku, bodoh!”
“Saya bilang serahkan!”
Sekarang aku mulai
kesal. Ia tetap mengatakan “serahkan” tapi ia tidak mengambil tas dan
handphoneku yang berada di tanganku. Apa ia menginginkan kalungku ini? Tapi
tidak mungkin, ini adalah kalung turun temurun. Tanpa pikir panjang, aku
memberikan bogaman mentah di rahangnya. Sekarang aku berterima kasih ke ayahku
memasukkanku di les karate waktu umurku remaja.
Walaupun tanganku tidak
sebesar dan sekuat tangan pria lainnya, tapi cukup untuk membuat pria itu
melepas cekalan tangannya dan memegang rahangnya.
Dan sekarang, punggung
tanganku terasa sakit. Aku baru tersadar untuk segera berlari, jarak
apertementku tinggal satu blok.
“Hei, mau kemana kau!”
tapi kecepatanku tidak secepat pria ini. Ia kembali mencekal lenganku dan
membalikkan badanku walau cukup pelan. “Serahkan padaku!”
“Bodoh, kau telah
mengatakan hal seperti itu berulang-ulang kali.” Ucapku dengan acuh. Entahlah,
tapi aku tidak mempunyai firasat buruk dengan pria ini.
“Serahkan!” oke, aku
sudah muak dengan perkataannya. Kubuka topeng yang menutupi pria tersebut dan
ternyata..
“Serahkan
semua cinta yang telah kau simpan untukku..”
“Ma-maksudmu?
Kau tau dari mana?” tanyaku gelagapan. Ternyata pria yang ada didepanku ini
adalah pria yang selama ini kunanti.
“Tidak penting aku
mengetahuinya dari mana. Tapi, satu yang harus kau ketahui, aku sudah
mencintaimu sejak Smp. Hanya, aku tak memiliki keberanian untuk mengatakannya.
Bahkan saat ulang tahunmu kali ini, aku hanya berani menelponmu. Maafkan aku
membuatmu takut, tapi, ini salah satu dari ideku dan yang lainnya.” Dia
menunjuk ke jalan yang berada dibelakangku, tanpa berpikir panjang aku berbalik
kebelakang dan melihat semua sahabatku ada disana.
“Hah..” aku hanya bisa
tercengang. Aku tak menyangka, ia menaruh hati padaku juga. apakah ini mimpi?
“Hey, berhentilah
terkejut seperti begitu, Ini bukan mimpi,”seketika pipiku memanas, seakan
pikiranku di baca olehnya. Pria ini, pria yang kucintai, menarik tangaku pelan dan
berbelok ke arah apertementku.
Dan aku semakin terkejut
membaca sebuah spanduk yang tergantung,
“Will you be my
girlfriend?” aku menatap nya dengan tatapan tak percaya. Ia mengangguk seraya
tersenyum lebar.
“Iya,. Aku mau..”
“Happy birthday, and i
love you to the moon and back.” Ucapnya seraya memelukku.
“I love you too.”
cintaku
seperti kuku. walaupun kecil, tapi akan selalu tumbuh setiap harinya.
-unknown
Tidak ada komentar:
Posting Komentar