Kubanting pintu dengan keras. Tubuhku kuhempaskan ke kasur kamarku. Dengan kasar kubasuh air mata yang membasahi pipiku. Aku merasakan sesak dalam diriku. Nafasku tersedak. Air mataku mengalir semakin deras. Hatiku benar-benar hancur, orang yang selama ini kuharapkan telah menyakiti hatiku. Aku baik-baik saja apabila dia mengacuhkanku, mendiamiku, menjauhiku, itu semua tidak pernah menyakiti ku. Namun, saat mengetahui dia yang telah berpaling dariku, seluruh tulang-tulang ku seakan remuk seketika. Melihatnya tertawa bersama yg lain. Matanya yg berbinar menatap yg lain. Serta hatinya yg tertancap pada yg lain. Benar-benar menyakitiku. Hatiku tersayat hancue lebur bagaikan sebuah kertas yg dirobek sedemikian rupa. Nafasku semakin sesak. Mungkin air mataku telahhabis. Mereka sudah berhenti meluncur bebas dari pelupuk mataku. Namun kini hatiku yg semakin menagis. Tangisan yg hanya aku yg dapat mendengarnya. Hanya aku yg dapat mengerti sakitnya. Suara gemuruh terdengar samar ditelingaku. Dengan pelan aku berjalan menuju pintu dan menyandarkan telingaku dibelakangnya.
"Woy jevi! Hahah punya hari apa tidak sih?! Ckckck tega sekali kau berbuat begitu pada sahabatku!" Terdengar suara salah satu sahabatku dengan sigap aku mengintip dibalik jendela kamarku.
"Sorry, saya tidak mengerti arah pembicaran ini." Terdengar derap langkah menjauh dr tempatku. Jevi telah pergi menjauh.
"Jangan pura-pura sok tidak tahu! Kau benar-benar telah menghancurkan hatinya! Kau tidak punya hati jevi! Kau tidak pernah mengerti perasaan dia!"
"Oh aku sudah tahu arah pembicaraan ini. Pasti mengenai sahabat cupu mu itu! Dengar, aku tidak pernah menyakitinya! Aku tidak suka berada didekatnya! Dia mengganggu ku! Aku tidak suka kalau dia berada didekatku! Dan suruh sahabatmu itu menjauh dariku! Aku tidak suka dengannya! Aku benci!" Kurasa hatiku telah hilang. Kosong. Mendengar orang yg selama ini kucinta berkata begitu seakan menghempaskanku dari gedung tertinggi.
"Kau jahat Jevi! Kau jahat! Apa kau bilang?! Kau membencinya?! Kau membencinya karna suatu hal yg tidak pernah dia harapkan! kau membencinya karna suatu hal yg tidak bisa dia kendalikan! Kau membenci sahabatku itu karna hal yg murni bukan keinginannya! Kau membencinya karna CINTA jevi! Karna cinta! Andai saja dia dapat memilih siapa yg dapat dia cintai! Tak pernah dia akan mencitai orang sepertimu! Yg tidak pernah memandangnya walau sedikitpun! Yg tidak pernah melihat kebaikannya walau setitik pun! Kau hanya melihat keburukannya, yg sebenarnya niatnya adalah kebaikan! Kau jahat! Jauhi sahabatku! Kau tidak akan pernah pantas bagi sahabatku!" Air mataku goyah, tak dapat kutahan lagi. Sahabatku benar. Betapa bodohnya aku yg mempertahankan cinta yang tak sepantasnya untuk kupertahankan.
"Sebaiknya kau tanya pada sahabat mu itu untuk menjauhi ku! Dan beritahu padanya Aku tidak pernah mencintainua walau sedikitpun! Aku tidak pernah memandangnya walau sedikitpun! Dan aku benci saat ada didekatnya! Hidupku terusik karna kehadirannya yang seperti ulat bulu bagi ku! Sangat mengganggu!"
*BRAK* aku membanting pintu dengan keras. Kutatap dua bola mata yg melotot kearahku. Jevi yang kelihatan terkejut serta sahabatku yg menatap kasihan.
"Ya! Aku tahu! Kau memang benci padaku! Aku minta maaf telah mengganggu hidupmu. Maafkan aku yang telah menjadi ulat bulu bagi hidupumu. Aku minta maaf telah mengusikmu. Maafkan aku yg tidak dapat membaca dirimu yang selama ini tidak menginginkan kehadiranku. Maafkan aku yg tidak dapat membedakan cinta yang tidak menginginkan dan menginginkanku. Tapi, satu hal yang harus kau tahu. Aku tidak dapat meminta maaf akan cintaku. Walaupun kau membencinya, tapi cinta bukan lah suatu kesalahan. Cinta adalah anugrah tuhan yang harusnya kujaga dengan baik. Namun dengan mengetahui pengakuanmu, aku mengerti. Aku mengerti bahwa cintaku berlabuh pada hati yang salah. Kau harus tahu, cinta tak pernah salah. Namun, tempat berlabuh nya yang salah.Hati yang tidak mencintaiku. Tenang saja. Mulai saat ini, aku akan menyerah padamu. Aku akan mencari cinta yg lebih menginginkan kehadiran dan ketulusanku. Aku akan.... Menjauh." Aku sudah tak tahan lagi. Jevilo yg berkata seperti itu membuat hatiku seketika kosong. Tak berisi. Kupu-kupu yg menghiasi perutku saat bertatapan dengan mata nya tak lagi menghiasinya. Serta segala rasa yg kurasakan telah hilang. Aku yakin. Cinta itu telah pergi bersama kata-kata Jevilo. Kata-kata yang menyakitkanku namun membuatku bersyukur dalam waktu bersamaan.
"Dan terima kasih telah berkata seperti itu padaku. Aku telah kehilangan rasa itu saat ini. Terima kasih." Senyum seketika terhias di bibirku. Kutatap mata jevilo yang masih terpaku. Dengan cepat aku berjalan kembali kedalam kamarku dan menyalakan tv. Hidupku terasa lebih... Bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar