Kamis, 04 Mei 2017

Her.


“aku tak mengerti sedikitpun makna dari hal ini”
ucap gadis itu menggelengkan kepala.
“mungkin maksudnya adalah seorang gadis yang tak peka sama sekali.”
Jawabnya berharap sang penanya mengerti.
           
Ia tak mengerti apapun.
Ia tak mengenal apapun.
Ia tak mengetahui apapun.
Tak peka terhadap apapun.
Ia bagaikan daging tanpa saraf kepekaan.
Beribu hingga jutaan kali aku berusaha menyadarkannya.
Entah terbuat dari apa telinganya, atau mungkin hatinya.

Jika kalian memaksaku untuk mengatakannya langsung, ya aku berani.
Tapi apakah gadis itu akan mengerti?
Bahkan sedikitpun ia takkan mengerti.
Lagipula, sebenarnya aku sudah mengungkapkannya,
Beberapa kali.
Meski bukan dengan ucapan manis dari bibirku.
Tapi sikapku,hatiku, jiwaku, perhatianku, rasaku, mataku, semuanya mengungkapkannya secara terang-terangan.
Gadis itu saja yang tak pernah mengerti atau ‘peka’ terhadap hal itu.

Terdengar menyebalkan, tapi takkan kulepaskan ia begitu saja.
Entahlah, lebih baik aku terjebak dengan ketidakpekaannya daripada harus menghabiskan waktu demi mencari yang seperti dirinya.
Tidak cantik sama sekali, gadisku.
Tidak seperti itu caranya membuatku membuatku tanpa batas kesabaran terhadapnya.
Hanya begitu saja. Hanya menjadi dirinya sendiri, yang membuatku mulai mengerti arti kesabaran itu.
Tapi tak tahu,
Sepertinya gadis itu ingin mengajarkanku tentang sesuatu hal lain lagi.
Yaitu jarak.
Dia, mengajarkanku sesuatu bagian lain dari dirinya.
Yaitu, jarak.
Mengenalkanku pada rasa sabar yang lain.
Yaitu waktu.

Tak peduli aku dengan semuanya.
Jika memang gadis itu ingin mengajarkanku banyak hal, aku terima semuanya.
Asalkan dia tak pernah mengenalkanku dengan perpisahan.
Dengan patah hati.
Dengan kekecewaan.
Dengan meninggalkan.
Aku sanggup menghadapi sikapnya yang lain,
Tapi jika kemanisan dari sikapnya terdapat bagian dari akhir yaitu perpisahan,
Kugenggam erat tangannya saat ini juga.
Agar hari esok, ia tak mengajarkanku hal itu.

aku, terinspirasi oleh mereka yang selalu mengharapkan kepekaan dalam diri seseorang.
lalu menyampingkan sikap lain dari diri orang tersebut.
yang mungkin lebih manis dari hal itu.

note :
memulai sesuatu hal yang baru lagi, huh?
dengan menjadi "point of view" orang yang selama ini di view.
hm.
xoxo,
hujan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar