Kamis, 10 Agustus 2017

puisiku malam ini

baru kusadari, bahwa kita pernah sedekat nadi sebelumnya.
kita, dan tentang kita.
kemarin kita, yang saling menggengam.
berharap akan rasa.
memeluk tatap.
kumengerti sekarang, mengapa mereka berkata rindu itu sulit.
rindu itu berat seperti kata dilan.
kuharap kau sepertinya, mengerti bebanku akan rindu.
mengajakku berhenti merindu.
mengingatkankanku tentang masa lalu.
yang belum terlalu jauh untuk berlalu.
kau, dan aku, aku dan mereka, kau dan mereka,
terlalu berat untuk kugambar di aksara.
harapan yang selama ini menjadi tempat kita saling berdiri,
mungkin kita sedang bermain-main dengan takdir.
menunggu takdir kapan akan menunjukkan tombaknya pada kita berdua.
tentang sepasang rindu yang tak saling bertemu
tidak saling berucap
tapi saling mengenal
tidak saling menyentuh
tapi tetap menggenggam
tidak saling bertemu
akan tetapi saling memeluk 
satu
dan yang lain
kau,
entah itu aku
entah itu siapa
kita bagai pelangi, terlalu berwarna, sulit saling mengerti.
sepasang matamu memberi rasa, tapi tidak dengan ucap di bibirmu.
mungkin inilah sebuah lembaran kita, yang mungkin tak lagi saling menyatu
meski sebelumnya pun kita tak pernah seperti itu
tak pernah kusangka, kita pernah sedekat itu kemarin.
seerat itu kemarin.
sehangat itu kemarin.
begitu rindu aku dengan kemarin,

namun apalah aku, yang hanya pandai merindu keterlambatanku

Minggu, 30 Juli 2017

The Feelings


Maafkan ketidakpekaanku, yang tak mengerti rangkaian tanda tanyamu.

Aku, terlalu dungu untuk urusan cinta.
Terlalu dangkal tentang hal itu.
tentangmu, dan segala warna-warni dan juga keabu-abuanku.
aku, tak mengerti warna apa yang sedang kau gambarkan.
kata apa yang ingin kau ucapkan,
perasaan apa yang ingin kau utarakan.
meski kuulang berkali-kali, nyatanya aku masih belum memahamimu.

Pesanmu senja itu,
cukup singkat untuk membuat cabang dipikiranku.
sebuah rangkaian yang menawarkanku terlalu banyak rasa yang tak kumengerti arahnya.
sebuah kata yang hadir sebagai teka-teki besar yang tak kutemukan jawabannya.

Pahamkan aku tentangmu.
Ajarkan aku menjawab pertanyaanmu.
Beritahu aku caranya mengerti perasaanmu.
Sebagaimana kau telah membuatku mengetahui cinta,
tapi tak mengerti tentang halnya.
Pandaikan aku akan hal apapun, asal tidak kau paksakan aku pandai untuk melepaskan,
sesuatu yang tak pernah kumiliki sebelumnya.

untuk diriku,
maaf terlalu memaksa keadaan untuk kau tidak jatuh cinta sekali lagi.
ini semua untuk menghidari kau tidak terluka untuk yang kedua kali, lagi.


--

Jumat, 12 Mei 2017

complete

tentang dia yang dulu.
orang-orang berkata, lupakan masa lalumu.
tapi tidak denganmu.
mungkin kau sudah lampau.
mungkin kau sudah menjadi yang dulu.
menjadi sebuah kenangan tentang masa lalu.
tentangmu, yang dulu pernah menjadi yang selalu kusebut.
kurindu.
kucinta.
kudamba.
tentangmu, yang entah dimana kau berada.
waktu berjalan tidak sebegitu cepatnya.
karna kemungkinan besar, meski tak cepat,
kau sudah tergantikan.
oleh siapa?
lupakanlah.
aku tak ingin berbicara tentangnya saat ini.
kuspesialkan, hanya untukmu saja hari ini.
terkadang rindu itu datang.
terkadang wajahmu kembali berbayang.
terkadang kenangan itu bermunculan.
satu persatu,
bagaikan sebuah film 90an yang kembali ditayangkan pada era 2000an ini.
sebegitu indahnya kah perasaanku pada masa lalu hingga bahkan pikiran inipun masih terbayang olehmu?
ini sudah bertahun-tahun lamanya, tapi tak terasa selama itu untuk menunggumu.

tapi tolong, jangan menganggap perkataan tadi adalah sebuah harapan terhadapmu.
tapi maaf, kali ini hati ini sudah menemui pemiliknya yang baru.
maaf jika engkau merasa tersingkirkan,
bukannya engkau deluan yang melakukan?
tolong sekali lagi, itu bukan makna balas dendam,
tapi hanya mengingatkan jika tulisanku tak lagi untukmu dihari kedepannya.
entah untuk apalagi aku menulis,
tapi, kau perlu mengingat sesuatu,

aku tak membutuhkanmu untuk menulis cerita manis lagi kedepannya.
dan kisah ini kututup rapat.
terima kasih sudah mengajarkanku tentang cerita romantis dan manis beberapa tahun yang lalu.
meski menurut orang lain tak ada manisnya, tapi sejujurnya,
itu sangat manis bagiku.


Kamis, 04 Mei 2017

Her.


“aku tak mengerti sedikitpun makna dari hal ini”
ucap gadis itu menggelengkan kepala.
“mungkin maksudnya adalah seorang gadis yang tak peka sama sekali.”
Jawabnya berharap sang penanya mengerti.
           
Ia tak mengerti apapun.
Ia tak mengenal apapun.
Ia tak mengetahui apapun.
Tak peka terhadap apapun.
Ia bagaikan daging tanpa saraf kepekaan.
Beribu hingga jutaan kali aku berusaha menyadarkannya.
Entah terbuat dari apa telinganya, atau mungkin hatinya.

Jika kalian memaksaku untuk mengatakannya langsung, ya aku berani.
Tapi apakah gadis itu akan mengerti?
Bahkan sedikitpun ia takkan mengerti.
Lagipula, sebenarnya aku sudah mengungkapkannya,
Beberapa kali.
Meski bukan dengan ucapan manis dari bibirku.
Tapi sikapku,hatiku, jiwaku, perhatianku, rasaku, mataku, semuanya mengungkapkannya secara terang-terangan.
Gadis itu saja yang tak pernah mengerti atau ‘peka’ terhadap hal itu.

Terdengar menyebalkan, tapi takkan kulepaskan ia begitu saja.
Entahlah, lebih baik aku terjebak dengan ketidakpekaannya daripada harus menghabiskan waktu demi mencari yang seperti dirinya.
Tidak cantik sama sekali, gadisku.
Tidak seperti itu caranya membuatku membuatku tanpa batas kesabaran terhadapnya.
Hanya begitu saja. Hanya menjadi dirinya sendiri, yang membuatku mulai mengerti arti kesabaran itu.
Tapi tak tahu,
Sepertinya gadis itu ingin mengajarkanku tentang sesuatu hal lain lagi.
Yaitu jarak.
Dia, mengajarkanku sesuatu bagian lain dari dirinya.
Yaitu, jarak.
Mengenalkanku pada rasa sabar yang lain.
Yaitu waktu.

Tak peduli aku dengan semuanya.
Jika memang gadis itu ingin mengajarkanku banyak hal, aku terima semuanya.
Asalkan dia tak pernah mengenalkanku dengan perpisahan.
Dengan patah hati.
Dengan kekecewaan.
Dengan meninggalkan.
Aku sanggup menghadapi sikapnya yang lain,
Tapi jika kemanisan dari sikapnya terdapat bagian dari akhir yaitu perpisahan,
Kugenggam erat tangannya saat ini juga.
Agar hari esok, ia tak mengajarkanku hal itu.

aku, terinspirasi oleh mereka yang selalu mengharapkan kepekaan dalam diri seseorang.
lalu menyampingkan sikap lain dari diri orang tersebut.
yang mungkin lebih manis dari hal itu.

note :
memulai sesuatu hal yang baru lagi, huh?
dengan menjadi "point of view" orang yang selama ini di view.
hm.
xoxo,
hujan.



Minggu, 23 April 2017

Keyakinanku.

apakah memang pada akhirnya mimpi-mimpi para pemimpi harus dilepaskan begitu saja?
apakah memang harus seperti itu?
mengorbankan mimpi sang pemimpi, demi kebahagiaan orang-orang yang begitu dicintainya?
bahkan melewatkan kebahagiaan sang pemimpi sendiri?

kejam.
keras.
jahat.
itulah dunia yang sedang dihadapinya saat ini.
diambang batas antara ingin berlari,
atau entah ingin mati saja yang ia pikir lebih baik.
tak ada yang mengerti padanya.
tanpa terkecuali dirinya sendiri.

sakit.
begitu rasanya, ketika mimpi yang kau genggam sebegitu beratnya,
harus kau lepaskan begitu saja.
andai saja mereka mengenal arti sejati dari mimpi itu.
mereka akan menangis-sejadi-jadinya hanya untuk menyeret sang pemimpi pada gerbang Jerman tersebut,

andai saja.

tapi, mereka tak pernah mengerti.
mereka hanya tahu tentang ego masing-masing.
tak tahu, alasan apa yang mendasarkan mereka sangat berat melepaskan,
alasan apa yang membuat mereka menguntai belasan alasan demi menghentikan langkah pemimpi itu.

andai mereka tahu,
seberapa banyak air mata,
cucur keringat,
andai mereka bisa merasakan,
seberapa sakit darah meski tak berdarah tersebut,
dengan merangkakpun, mereka tetap menyeret pemimpi itu  untuk ke gerbang kesuksesannya.

Sayangnya,
mereka tak pernah mengerti.
entah, hanya untaian doa yang akan membuat mereka mengerti.
Yang dapat dilakukan hanyalah meminta.
pada Yang Maha Memiliki.
Maha Berkehendak.
Maha Menciptakan.
Pencipta Bumi dan Langit.
Meminta agar segera, ia menghentakkan  kakinya pada belahan bumiNya yang lain.

Saat ini,
Jakarta, 24 April 2017.
12.28.27 AM.
sekalipun takkan gentar niatku,
untuk menyatakan mimpiku.
takkan kulepaskan.
lihat saja bagaimana nanti akhirnya,
setidaknya saya takkan rela menyerah terhadapnya,
tapi hanya Allah swt yang akan menentukan.
dan saya yakin, Dia yang paling mengerti,
paling tahu,
paling mengenal.
apa yang terbaik bagi hambaNya
dan mengetahui betul,
seberapa besar perjuangan kerasku untuk mimpi ini.
Saya yakin,
Allah takkan menyia-nyiakan pengorbananku.
Entah jika mimpi itu akan menjadi nyata atau tidak,
saya percaya :

"Apapun, jika Allah telah men takdir kannya untukmu, bahkan ketika langit dan bumi pun mencoba menghalangimu, bahkan ketika mataharipun ingin menghentikanmu, bahkan ketika lautanpun tak mendukungmu, bahkan ketika ratusan hingga ratusan tahunpun. takdir itu tetap terjadi padamu."

saya yakin.
saya yakin.
saya yakin.


suci sultan, sang pemimpi yang sangat ingin merasakan indahnya
rasa "akhirnya, setelah banyak perjalanan yang kulalui,
mimpi ini pun jadi nyata."

sekian, 
assamualaikum.


Kamis, 16 Maret 2017

Lembaran Baru

jika mungkin sanggup diperumpamakan, mungkin aku adalah sebuah patung beberapa hari belakangan ini.
hanya saja patung yang tak diam setiap saat dan mampu berbicara.
Tapi sebagian besar mungkin kami hampir sama.
cuma mengetahui diam dan tak mengenal rasa.
namun entah mengapa, entah kapan,

patung itu mulai mengenal rasa.

pernah terbersit meski hanya sementara, ingin kembali padamu.
ya, engkau yang dulu.
karna alasan bahwa aku sudah terlalu terbiasa dengan rasa yang mulai hambar terhadapmu, mungkin?
tapi tak tahu, ataukah mungkin tuhan memang menggariskan seperti itu,
timbul rasa baru terhadap seseorang yang baru.

tak ada yang menyangka, sang penulis...
menemukan lembaran barunya.
buku barunya,
halaman,
isi,
bab,
sampul,
semuanya baru.
tak sedikitpun lagi menjadi chapter lanjutan dari buku lamanya.

betapa beruntung,
seseorang yang sanggup membuat sang penulis kembali jatuh hati.
kembali mencintai,

entah siapa lembaran baru itu,
hanya menjadi rahasia antara si penulis, tuhan, dan setiap untaian katanya yang tahu.
tapi satu hal yang ingin penulis itu ucapkan,

sekali kau membuat seorang penulis mencintaimu, namamu akan abadi disetiap tetesan penanya,
.

rahasia tuhan jika memang lembaran baru itu akan abadi.
tapi sang penulis hanya mampu berharap,
agar kisah barunya ini,
dapat menjadi kisah terbaik diantara semua kisah yang pernah ia tuliskan sebelumnya.

semoga saja, Allah menggariskannya seperti itu.

xoxo.

p.s : karna berhubung memang saya punya kisah baru, saya akan mengganti nama blog ini dari sucisultan.blogspot.com menjadi pasukanhujan.blogspot.com

happy reading!
xx

Sabtu, 11 Maret 2017

compliqué

Pernahkah kau merasa mekarnya bunga  ketika sedang jatuh cinta?
Pernahkah kau merasa indahnya rasa kupu-kupu yang beterbangan ketika merasakan cinta untuk kedua kali?
Lalu saat setelahnya,
Kau mulai merasa tak pantas terhadapnya
Dan merasa ia tak pantas pula terhadapmu
Dunia seakan menjadi tak masuk akal
Kupu-kupu terbang entah kemana
Bunga-bunga layu entah kenapa
Detik bagai hari yang begitu panjang
Disaat
Bahkan kau merasa begitu muak
Menyesal
Telah mengizinkannya
Cinta baru
Yang bahkan belum kau proklamasikan kejelasannya
Membuatmu berharap melupakannya
Karna ia lebih pantas bersama bunga lain yang sedang bermekaran padanya
Dengan kupu-kupu yang menanti kehadirannya.
Pernahkah?
Sesakit itukah?
Melepaskan sesuatu yang bahkan tak pernah kau genggam sebelumnya?
Mengucapkan selamat tinggal bahkan
Bahkan…
Sebelum kau mengucap selamat datang padanya.

Maka dari itu,
Saya memilih mundur. Meski saya
Baru selangkah maju.

-unknown

Sabtu, 11 Februari 2017

Proklamasi Kemerdekaan

11 februari
Dengan berani kulantangkan suaraku, mengucap sanggup melupakanmu.
Dengan tangguh kuacungkan tanganku, melambai menjauhimu.
Itulah bagian dari sesi proklamasiku.

Merdeka dari rindu tentangmu.
Merdeka dari pikiran tentangmu.
Merdeka dari rasa kepadamu.
Berdamai dengan rasa tentang masa lalu
Merdeka...
dari segala jajahanmu.

Lepas dari semua hal tentangmu.
Meninggalkanmu ditumpukan buku yang akan berdebu dan usang.

Kembali memberanikan diri membuka lembaran baru.
Kembali mencoba menulis kembali tentang hal baru.
Tak ada lagi tentangmu.
Tentangmu yang mulai hari ini menjadi yang 'pernah' tercatat dilembaran lamaku.
Tentangmu yang kuhapuskan dihari-hari kedepanku.
Tentangmu yang cukup kujadikan lampau.
Tentangmu yang akan kulupakan.

Tentangmu,
Yang mungkin akan menyesal setelah membaca proklamasiku ini.
Menyesal mungkin kau telah menyia-yiakan seseroang yang 'pernah' menyayangimu yang tak tertandingi tulusnya.
Menyesal mungkin kau tak sepeka saat itu ketika mencampakkan orang yang tak berujung pedulinya terhadapmu.
Menyesal mungkin kau akan kehilangan seseorang yang telah menyerahkan seluruh hatinya, masa depannya, cintanya hanya demi sedetik melihatmu.

Mungkin kau akan menyesal,
ketika kau menyadari tak ada lagi ruang untukmu disisi hatinya.
Tak ada senyuman tulus,
pertemuan kupu-kupu,
rindu,
dari orang itu.

Karna ketika kau telah menyadarinya sepenuhnya,
orang itu, telah menyadari sepenuhnya telah melepasmu.

Hari ini, kuproklamirkan
kemerdekaanku. Dari segala jajahan
tentangmu.
-orang yang merdeka.






p.s :
ini nyata.
saya memproklamirkannya.
p.s 2 :
saya akan kembali lagi setelah un. karna lagi sibbuuukk

Sabtu, 14 Januari 2017

Kembali Lagi

Jalanku tak pernah secepat ini,
Langkahku tak pernah selambat ini,
Perasaanku tak pernah seberantakan ini,
Sejak mata hitam kelam itu,
Kembali pada pelukan mata sayup yang hampir selesai melepaskan pelukannya waktu itu.

Aku, begitu muak dengan waktu.
Tak tahu siapa yang ingin kusalahkan pada perjalanan kesibukanku kali ini,
Kau, ataukah waktu.
Mengapa diputarannya, lagi-lagi terselip tentangmu.
Mengapa disela kesibukanku,
Lagi-lagi ada wajahmu.
Lagi-lagi rasa itu.
Lagi-lagi harapan itu.
Lagi-lagi aku muak dengan hal itu.

Berwindu-windu aku mencoba melepasnya.
Bertahun-tahun aku mencoba melupakannya.
Namun mengapa? 
Diantara 3600 detik dalam satu jam,
86400 detik dalam sehari,
7 hari dalam seminggu,
Hanya sedetik.
Cukup sedetik.
Cukup satu kedipan mata.
Cukup satu pertemuan.
Bahkan itupun dalam keadaan penuh kegelapan.
Bahkan didetik itupun mataku tak kuasa menatapmu.
Bahkan....
Setelah tumpukan windu.
Setelah ratusan rindu.
Kulewati.

Aku berjuang melepasmu.
Melepaskan kita.
Merelakan kenangan.
Menghapus benciku padamu.
Benci tentang aku yang menggila tentangmu.

Mengapa...
Hanya sedetik itu, aku mampu melupakan perjuanganku.
Rasa yang telah kukubur lama. Rasa yang aku pernah tersiksa begitu lama.
Kembali lagi memenuhi seluruh ragaku.
Harapanku kembali lagi karna dentingan jaram detik setelah pertemuan menyesatkan itu.
Padahal disaat pada detik yang sama, engkau bahkan mungkin tak mengenaliku.
Yang detik setelahnya mungkin kau akan melupakan pertemuan itu.
Ada apa dengan ku?
Waktu begitu kejam terhadapku. Menyiksaku dengan rasa sepihak seperti ini.
Menghukumku dengan masa lalu yang tak pernah berhasil aku bebas darinya.
Merelakanku terjebak lagi pada resolusi yang pernah kulewatkan tahun lalu.
Membuatku tanpa sengaja membangun resolusi itu kembali.
Yaitu, melupakanmu.
Lagi dan lagi.
Entah 12 bulan lagi aku menunggu tentang menyelesaikan resolusi itu.
Entah berapa hari
Entah berapa minggu
Tahun, windu, dan selama apalagi waktu terus menyelipkan sedetik pertemuan itu.
Yang membuatku berjuang melupakannya dalam kurun waktu 12 bulan.
----
"Kutatap mata itu dalam cahaya remang,
tak kusangka aku tenggelam lagi dalam
gelapnya lautan kenangan tentangnya."
-saksi pertemuan singkat