Kamis, 10 Agustus 2017

puisiku malam ini

baru kusadari, bahwa kita pernah sedekat nadi sebelumnya.
kita, dan tentang kita.
kemarin kita, yang saling menggengam.
berharap akan rasa.
memeluk tatap.
kumengerti sekarang, mengapa mereka berkata rindu itu sulit.
rindu itu berat seperti kata dilan.
kuharap kau sepertinya, mengerti bebanku akan rindu.
mengajakku berhenti merindu.
mengingatkankanku tentang masa lalu.
yang belum terlalu jauh untuk berlalu.
kau, dan aku, aku dan mereka, kau dan mereka,
terlalu berat untuk kugambar di aksara.
harapan yang selama ini menjadi tempat kita saling berdiri,
mungkin kita sedang bermain-main dengan takdir.
menunggu takdir kapan akan menunjukkan tombaknya pada kita berdua.
tentang sepasang rindu yang tak saling bertemu
tidak saling berucap
tapi saling mengenal
tidak saling menyentuh
tapi tetap menggenggam
tidak saling bertemu
akan tetapi saling memeluk 
satu
dan yang lain
kau,
entah itu aku
entah itu siapa
kita bagai pelangi, terlalu berwarna, sulit saling mengerti.
sepasang matamu memberi rasa, tapi tidak dengan ucap di bibirmu.
mungkin inilah sebuah lembaran kita, yang mungkin tak lagi saling menyatu
meski sebelumnya pun kita tak pernah seperti itu
tak pernah kusangka, kita pernah sedekat itu kemarin.
seerat itu kemarin.
sehangat itu kemarin.
begitu rindu aku dengan kemarin,

namun apalah aku, yang hanya pandai merindu keterlambatanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar