Selasa, 01 Mei 2018

Satu tahun

Kembali lagi,
Mimpiku,
Kembali lagi.

Sewindu rasanya melalui hari-harinya.
Terlalu berat.
Bahkan semakin berat.
Setiap detik yang menghempaskan.
Menenggelamkan.

Aku, dan mimpi-mimpiku.
Rindu-rinduku.
Perlawananku.
Seakan terus menghantuiku.

Setahun sudah,
Kegagalan terus menggerogotiku.
Tatapan orang adalah celaan menurutku.
Ucapan mereka adalah hinaan kepadaku,
Setidaknya begitulah melalui sudut pandangku.

Setahun sudah,
Ayah,
Ibu,
Saudaraku,
Setahun sudah,
Aku berjuang.
Melawan diriku sendiri.
Melawan takdirku sendiri.
Membohongi hatiku sendiri.
Mimpi-mimpiku yang sempat tertunda,
Kembali menggangguku akhir-akhir ini.

Mimpiku,
Jermanku,
Bahkan setahun sudah.
Sahabat-sahabatku ingin membenarkan kesalahannya tahun lalu.
Kembali mengikuti tes,
Mencoba memberhasilkan kegagalannya dimasa lalu.

Lalu apakah aku?
Ketika mimpiku sedang bertengger menungguku dilangit,
Aku lupa caranya untuk terbang.
Aku,
Lupa bagaimana caranya berjuang.
Mimpi-mimpiku,
Yang sejak dahulu tak pernah kuanggap beban,
Bahkan selalu kuanggap peluang,
Kini yang melemahkanku selemah-lemahnya.
Kulupa pertarunganku,

Setahun sudah,
Kugenggam mimpiku,
Kutahan,
Kupendam,
Kering sudah,
Air mataku.

Tapi, tidakkah cukup setahun aku selemah ini?
Bukankah peluangku masih menungguku diluar sana?
Keluarkan aku dari jerujiku.
Bebaskan aku dari sangkarku.
Izinkan aku kembali terbang,
entah tak papa
Meski tahun ini tak lagi takdir jermanku menghampiriku,
Meski kegagalanku terulang kembali,
Meski keringatku kering dan tak ada sesuatu yang terjadi.
Keikhlasan selalu melekat bersamaku.

Setidaknya,
Perjuangan adalah kebiasaanku.
Sakit yang tak berdarah, sudah kebal aku dengan itu.
Kekalahan adalah pelajaran bagiku.
Kekalahanku, menguatkanku.

Entah hanya aku dan Allah yang tahu,
Seberapa besar keyakinanku terhadap :
"Apapun yang sudah ditakdirkan untukmu, selamanya meski seribu tahun, takkan melewatkanmu."

Entah apa mungkin tak ada keraguanku terhadap,
Sesuatu yang bukanlah mimpiku adalah yang akan membawaku pada sesuatu yang lebih baik.

Kali ini, 
Padamu para pemimpi diluar sana, 
Para petarung,
Para pejuang,
Terserah keadaanmu meski kau sudah lelah atau kau masih kuat untuk berjuang,
Percayalah sahabat.
Allah tak pernah, 
Sekalipun,
Sedetikpun,
Tak semenit,
Bahkan tak terhitung,
Meninggalkanmu.
Kawan,
Air matamu, adalah mutiara.
Menangislah! 
Berteriaklah!
Izinkan penjuru langit mendengarmu,
Berisaklah,
Yakinlah pada ketentuan yang telah ditetapkan padamu.
Mimpimu yang besar itu,
Mimpimu yang kau anggap indah itu,
Tak pernah,
Tak akan pernah mengalahkan besarnya cinta Allah padamu.
Menangislah dihadapan tuhanmu,
Kau lemah sedangkan Dia-lah yang Maha Kuat.
Kau tak memiliki apapun sedangkan kaulah hamba yang Maha Memiliki.
Lalu apa yang perlu kau takutkan?
Apa yang kau ragukan?

Menangislah dihadapan tuhanmu,
Dan jadilah petarung terkuat dihadapan hamba-hambanya.
Deraskan derai air matamu, dihadapan tuhanmu.
Dan jadilah yang terbaik dihadapan hamba-hambanya.

Kegagalan tidak menjadikan kau seseorang yang lemah,
Keberhasilan tidak membuatmu menyandang gelar kuat,
Keikhlasanmulah yang menentukan kau berada dimana.
-S

Kucintai kegagalanku, Kubangga dengan kekalahanku.
Aku belum sedewasa itu,
Sehingga Allah mengajarkanku ikhlas,
dengan menjadikanku gagal.
Allah menjadikanku pemenang,
dengan menjadikanku kalah.
-Petarung amatiran yang baru mengenal medan tempur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar