Sabtu, 14 November 2015

Mengapa aku menulis?

Untuk apa aku menulis?

Apakah?

Apakah hanya menjadi tempat penyaluran bakat yang tak tersalurkan?
Apakah hanya menjadi tempat mengungkapkan kata yang tak pernah terucapkan?
Apakah hanya menjadi penghibur rasa yang tak mungkin terbalaskan?

Mungkinkah?

Mungkinkah aku menulis demi mempersilahkan segala curahan yang ingin tercurahkan keluar melalui segala rangkaian kata?
Mungkinkah aku menulis semata-mata ingin dipandang pandai merangkai kata oleh orang lain?
Mungkinkah, aku menulis untuk melepaskan kepedihan, sakit hati, serta tangis pada kehidupan?
Mungkinkah, aku menulis demi membuat sebuah kisah fiksi yang begitu kuinginkan terjadi dikehidupanku?

Walaupun kutahu hal itu sangat tidak mungkin terjadi pada kehidupan kelam yang kulalui.

Akan sangat banyak pendeskripsian yang dapat mendeskripsikan dalam hal apa aku ingin menulis.

Apakah aku menulis demi menyampaikan perasaan?.

ya, benar. Karna kutahu tak semua perasaan harus tersampaikan melalui ucapan.
Apakah aku menulis demi menghilangkan kepedihan dalam hidup? 

Iya, Aku menulis demi menghilangkan penat, serta segala hal yang membuatku hampir jatuh. 

Menulis memberiku kekuatan. Seakan disetiap rangkaian kata yang kutuliskan mampu mengalahkan ketidak mampuanku menghadapi segalanya.

Menulis memberiku kebahagiaan. Seakan setiap detik waktu yang kuhabiskan bagaikan terhabiskan oleh pelangi yang bercahaya, bunga-bunga yang bermekaran serta burung warna-warni yang beterbangan.

Menulis memberiku kedamaian. Seakan didalamnya terdapat puluhan hektar padang rumput yang baru saja basah akibat terguyur air hujan.

Menulis memberiku waktu. Waktu untuk berpikir lebih jernih demi menata segala hal agar menjadi lebih sempurna.

Menulis membuatku berpikir. Bagaimana bisa, sebuah rangkaian kata yang kutuliskan dapat membuatku merasakan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian dalam waktu bersamaan?

Bagaimana bisa? Akibat suatu rangkaian kata, dapat membuat sehari dalam hidupku begitu berharga.

Bagaimana bisa? Hanya karna rangkaian kata, aku dapat merubah persepsi dan cara berfikir orang lain?

Lalu bagaimana bisa? Hanya karna sebuah rangkaian kata, aku dapat bermanfaat bagi kehidupan orang lain?

Aku mengingat kutipan dari Imam Al-Ghazali yang mengatakan "Apabila kamu bukan anak raja dan anak seorang ulama besar. Maka jadilah penulis."

Aku jadi mengerti. Menjadi seorang penulis sangat lah penting. Bahkan seorang anak raja serta anak ulama besar pun dapat terkalahkan oleh seorang penulis yang bermanfaat.

Kalau beberapa orang menganggap, penulis hanya duduk didepan kertas menunggu ide mengalir lalu semuanya akan dituliskan begitu saja.

Bukan, menulis tak semudah itu. Menulis tak semudah duduk dengan secangkir kopi menunggu ide lalu mengetiknya dilaptop. Menulis memerlukan tekad serta ilmu yang tinggi. 

Bayangkan saja, jika seorang penulis tak memiliki tekad, tulisan yang ia tuliskan tak akan selesai hingga akhir hayat.

Lalu apa yang terjadi jika seorang penulis tak memiliki ilmu? 



2 komentar: