Kamis, 12 November 2015

Sepucuk surat terakhir

p.s : saya tidak pernah berniat untuk mengutip suatu cerita/suatu kejadian nyata.
 understood?!

Dear Nya,

Surat ini kudedikasikan padanya yang telah pergi dari kehidupanku. Lebih tepatnya dari.... hatiku.

Untuk nya, yang selalu melukis senyuman indah diwajahku meski tanpa sepengetahuannya.

Untuk nya, yang datang seketika membuatku jatuh padanya.

Serta untuknya pula, yang pergi seketika lalu dengan sangat mudah menghancurkan segalanya.


Dia. Begitu perih mata ini mengetahui ia hendak pergi menjauh. Sangat hancur hati ini menatap kepergian tanpa sepatah kata pun yang tersisa. Amat membunuh jiwa ini mendengar ia telah berpihak pada yang lain. Engkau, yang telah menghidupkan hati, jiwa, raga, cinta dan kasih sayang ini, Namun Engkau pula tak cukup sedetik telah menghapus segala keindahannya.

Engkau, Apakah engkau tahu apakah yang tersisa atas penduaanmu itu? Jiwa yang rapuh, Hati yang hancur, serta harapan yang kosong. Engkau, apakah engkau tahu? kepergianmu tak terlalu masalah bagiku, bahkan engkau pergi sejauh apapun tak pernah menggoyahkan dinding yang kubangun. Namun, apakah engkau menyadari, Seyuman tulus itu tak lagi terhias disana semenjak kau pergi demi memperjuangkan yang lain. Segala cengiran, tawa, serta kebahagiaan yang kau lukis, telah pudar menjadi sebuah karya seni yang menakjubkan, yaitu kesakitan.

Aku, yang dulu pernah percaya namun aku dibohongi.
Aku, yang dulu pernah cinta namun aku terhianati.
Aku, yang dulu pernah bertahan namun tak kau perdulikan,
Aku, yang dulu pernah peduli namun dengan begitu sadis kau acuhkan.
Aku, yang nyatanya hadir disetiap pagimu, namun kasat mata dipandanganmu.
Aku, yang dulu berjuang mati-matian, dengan sangat keji kau lepaskan begitu saja.

Hanya karna apa?!

Karna, DIA!

Hanya karna dia, yang bahkan tak bisa melukis tawa dibibirmu.
Hanya karna dia, yang bahkan tak cukup lama, hadir dihidupmu.
Hanya karna dia, yang bahkan tak pernah MENGUNJUNGI MU TIAP PAGI.
Hanya karna dia, yang bahkan tak pernah rela meluangkan waktunya walau hanya demi menatap senyuman indahmu tiap pagi.
Hanya karna dia, yang bahkan tak jelas rasa cintanya.

Oleh karna itu, Aku, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya padamu.
Padamu, yang rela melepaskan sekantong berlian asli, demi menggantikannya dengan sebiji jagung yang telah basi.
Apakah kau tahu? Selama ini, Apakah aku pernal menyesali suatu hal?
Tidak, bahkan aku mensyukuri rasa sakit ini. 
Karna, Tuhan telah mengajariku bahwa AMAT SANGAT TIDAK PANTAS, SEKANTONG BERLIAN MENANGISI AKAN POSISINYA TERGANTIKAN HANYA KARNA SEBUAH BIJI JAGUNG. KARNA IA MENGERTI, YANG DAPAT MEMILIKINYA HANYALAH ORANG-ORANG KALANGAN ATAS YANG BISA MEMBEDAKAN YANG MANA PANTAS IA PERJUANGKAN SERTA YANG MANA PANTAS IA BUANG DITONG SAMPAH.

Lalu terhadap engkau, Aku sangat kasihan terhadapmu. Kau telah kehilangan seseorang yang mencintaimu tanpa batas demi orang yang mencintaimu dengan terbatas. Lalu Aku? Aku hany kehilangan seseorang yang tak pernah menghargai perjuanganku, walau kutahu, ada banyak yang memperjuangkanku diluar sana. 



Ketika sepotong hati telah menemukan
sepotong yang lainnya, saat itulah
dimana hati itu menemukan tempatnya
kembali.
- Suci Sultan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar